Redundansi: Arti, Contoh, Dan Penggunaannya Dalam Bahasa
Redundansi, apa sih itu? Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar istilah ini, tapi belum benar-benar paham apa maksudnya. Nah, di artikel ini, kita akan membahas tuntas tentang redundansi, mulai dari pengertian menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hingga contoh-contohnya dalam penggunaan sehari-hari. Yuk, simak!
Apa Itu Redundansi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), redundansi diartikan sebagai:
- Keadaan berlebih-lebihan (karena terdapat unsur yang sebenarnya tidak perlu).
- Pemakaian unsur bahasa yang berlebihan.
Secara sederhana, redundansi adalah penggunaan kata atau unsur bahasa yang sebenarnya tidak diperlukan karena maknanya sudah terkandung dalam kata atau unsur lain. Gampangnya, kita menggunakan sesuatu yang double, padahal satu saja sudah cukup. Dalam bahasa Inggris, redundansi dikenal dengan istilah "redundancy". Jadi, kalau teman-teman ketemu istilah ini, jangan bingung, ya, artinya sama saja.
Mengapa Redundansi Terjadi?
Redundansi bisa terjadi karena beberapa faktor. Kadang, kita tanpa sadar menggunakan kata-kata yang berlebihan karena kebiasaan atau pengaruh bahasa lain. Selain itu, redundansi juga bisa terjadi karena ketidaktahuan tentang makna kata yang sebenarnya. Misalnya, kita menggunakan kata "agar supaya", padahal kata "agar" dan "supaya" memiliki makna yang sama, yaitu menyatakan tujuan. Jadi, cukup gunakan salah satunya saja.
Dampak Redundansi dalam Komunikasi
Penggunaan redundansi dalam komunikasi bisa menimbulkan beberapa dampak, baik positif maupun negatif. Dampak negatifnya, redundansi bisa membuat kalimat menjadi tidak efektif dan efisien. Kalimat jadi terkesan bertele-tele dan membingungkan. Selain itu, redundansi juga bisa mengganggu pemahaman pendengar atau pembaca karena informasi yang disampaikan menjadi tidak fokus. Namun, dalam beberapa kasus, redundansi juga bisa memberikan dampak positif. Misalnya, dalam komunikasi lisan, redundansi bisa membantu memperjelas maksud pembicara, terutama jika pembicara menggunakan bahasa yang kurang jelas atau audiens memiliki latar belakang yang berbeda.
Contoh Redundansi dalam Bahasa Indonesia
Biar lebih jelas, mari kita lihat beberapa contoh redundansi yang sering kita temui dalam bahasa Indonesia:
1. Penggunaan Kata "agar supaya"
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penggunaan kata "agar supaya" adalah contoh redundansi yang sangat umum. Kata "agar" dan "supaya" memiliki makna yang sama, yaitu menyatakan tujuan. Jadi, kita cukup menggunakan salah satunya saja. Contoh:
- Tidak efektif: Saya belajar dengan giat agar supaya lulus ujian.
- Efektif: Saya belajar dengan giat agar lulus ujian.
- Efektif: Saya belajar dengan giat supaya lulus ujian.
2. Penggunaan Kata "demi untuk"
Sama seperti "agar supaya", penggunaan kata "demi untuk" juga merupakan redundansi. Kata "demi" dan "untuk" memiliki makna yang mirip, yaitu menyatakan tujuan atau kepentingan. Jadi, pilih salah satu saja, guys!
- Tidak efektif: Aku berjuang demi untuk masa depanku.
- Efektif: Aku berjuang demi masa depanku.
- Efektif: Aku berjuang untuk masa depanku.
3. Penggunaan Kata "sejak dari"
"Sejak dari" juga termasuk contoh redundansi yang sering kita dengar. Kata "sejak" dan "dari" sama-sama menunjukkan waktu atau permulaan. Jadi, cukup gunakan salah satunya.
- Tidak efektif: Aku sudah mengenalnya sejak dari kecil.
- Efektif: Aku sudah mengenalnya sejak kecil.
- Efektif: Aku sudah mengenalnya dari kecil.
4. Penggunaan Kata "naik ke atas" atau "turun ke bawah"
Contoh redundansi yang satu ini cukup lucu, ya. Masa iya naik ke bawah atau turun ke atas? Kata "naik" sudah pasti berarti ke atas, dan kata "turun" sudah pasti berarti ke bawah. Jadi, tidak perlu menambahkan keterangan arah lagi.
- Tidak efektif: Dia naik ke atas panggung.
- Efektif: Dia naik panggung.
- Tidak efektif: Dia turun ke bawah tangga.
- Efektif: Dia turun tangga.
5. Penggunaan Kata "para hadirin"
Kata "hadirin" sudah menunjukkan banyak orang yang hadir. Kata "para" juga memiliki fungsi yang sama, yaitu menunjukkan jamak. Jadi, menggunakan keduanya sekaligus adalah redundansi. Cukup gunakan salah satunya saja. Lebih baik gunakan sapaan yang lebih personal dan ramah.
- Tidak efektif: Para hadirin yang terhormat,...
- Efektif: Hadirin yang terhormat,...
- Efektif: Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati,...
6. Penggunaan Kata "sangat sekali"
Kata "sangat" dan "sekali" memiliki makna yang mirip, yaitu menunjukkan tingkatan yang tinggi. Menggunakan keduanya bersamaan adalah redundansi. Pilih salah satu saja.
- Tidak efektif: Aku sangat sekali menyukai film ini.
- Efektif: Aku sangat menyukai film ini.
- Efektif: Aku sekali menyukai film ini (jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari).
7. Penggunaan Kata "warna-warni"
Kata "warna-warni" sudah menunjukkan bahwa ada banyak warna. Jadi, tidak perlu menambahkan kata "berbagai" atau "macam-macam" di depannya.
- Tidak efektif: Toko itu menjual berbagai warna-warni pakaian.
- Efektif: Toko itu menjual warna-warni pakaian.
8. Penggunaan Kata "pendapat dan opini"
"Pendapat" dan "opini" pada dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu pikiran atau pandangan. Menggunakan keduanya dalam satu frasa merupakan bentuk redundansi.
- Tidak efektif: Saya ingin menyampaikan pendapat dan opini saya tentang masalah ini.
- Efektif: Saya ingin menyampaikan pendapat saya tentang masalah ini.
- Efektif: Saya ingin menyampaikan opini saya tentang masalah ini.
9. Penggunaan Kata "contohnya seperti"
Kata "contohnya" dan "seperti" memiliki fungsi yang sama, yaitu memberikan ilustrasi atau gambaran. Jadi, pilih salah satu saja agar tidak terjadi redundansi.
- Tidak efektif: Ada banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya seperti cuaca, kondisi tanah, dan lain-lain.
- Efektif: Ada banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya cuaca, kondisi tanah, dan lain-lain.
- Efektif: Ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti cuaca, kondisi tanah, dan lain-lain.
10. Penggunaan Kata "tujuan untuk"
"Tujuan" dan "untuk" sama-sama mengindikasikan maksud atau arah yang ingin dicapai. Menggabungkannya akan membuat kalimat menjadi berlebihan.
- Tidak efektif: Tujuan untuk mencapai kesuksesan membutuhkan kerja keras.
- Efektif: Tujuan mencapai kesuksesan membutuhkan kerja keras.
- Efektif: Untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan kerja keras.
Bagaimana Cara Menghindari Redundansi?
Nah, sekarang kita sudah tahu apa itu redundansi dan contoh-contohnya. Lalu, bagaimana cara menghindarinya? Berikut beberapa tips yang bisa teman-teman lakukan:
- Perbanyak Membaca: Dengan banyak membaca, kita akan semakin familiar dengan berbagai macam kata dan penggunaannya. Kita juga akan lebih mudah mengenali kata-kata yang berlebihan atau tidak efektif.
- Gunakan KBBI: Jika ragu dengan makna suatu kata, jangan malas untuk mencari di KBBI. Dengan mengetahui makna kata yang sebenarnya, kita bisa menghindari penggunaan kata yang redundan.
- Berlatih Menulis: Semakin sering kita berlatih menulis, semakin terasah kemampuan kita dalam memilih kata yang tepat dan efektif. Minta teman atau guru untuk memeriksa tulisan kita dan memberikan masukan.
- Perhatikan Konteks: Perhatikan konteks kalimat atau paragraf yang kita tulis. Apakah ada kata atau frasa yang maknanya sudah terkandung dalam kata atau frasa lain? Jika ada, hilangkan saja.
- Gunakan Bahasa yang Lugas: Hindari penggunaan kata-kata yang terlaluFormal atau berbelit-belit. Gunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.
- Edit dan Revisi: Setelah selesai menulis, jangan langsung puas. Edit dan revisi tulisan kita dengan cermat. Perhatikan setiap kalimat dan pastikan tidak ada redundansi.
Kesimpulan
Redundansi adalah penggunaan kata atau unsur bahasa yang berlebihan dan sebenarnya tidak diperlukan. Redundansi bisa membuat kalimat menjadi tidak efektif dan efisien. Untuk menghindari redundansi, perbanyaklah membaca, gunakan KBBI, berlatih menulis, perhatikan konteks, gunakan bahasa yang lugas, serta edit dan revisi tulisan kita.
Dengan menghindari redundansi, kita bisa membuat kalimat yang lebih jelas, ringkas, dan mudah dipahami. So, mulai sekarang, yuk, lebih cermat dalam memilih kata dan menggunakan bahasa! Semoga artikel ini bermanfaat, ya!